Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran bersama dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat, bahasa juga merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada didalalm sebuah kebudayaan dan keduanya sangat berkaitan. Di Indonesia masyarakat Indonesia mempergunakan bahasa Indonesia sebagai wahana dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. bahasa Indonesia kini semakin beragam sebagai sarana komunikasi, baik dalam nada,arti dan cara ucapan. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa tersendiri,ini merupakan keunggulan dari Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di wilayah Republik Indonesia juga sudah mulai diminati oleh penutur asing untuk dipelajari. Di luar negeri, telah banyak universitas-universitas dan lembaga pendidikan atau sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada para mahasiswanya/pelajarnya . Berdasarkan kabar yang beredar, Bahasa Indonesia telah diajarkan kepada orang asing di berbagai lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri.
Namun pada kenyataannya, di dalam negeri,budaya berbahasa yang baik sudah jarang sekali kita dengarkan. Masyarakat yang asli merupakan masyarakat Indonesia sudah banyak yang gemar menggunakan bahasa-bahasa budaya barat atau bahasa-bahasa pergaulan yang identik dengan bahasa yang kurang baik atau sopan. Banyak modifikasi-modifikasi bahasa yang dilakukan seiring berubahnya zaman di Indonesia.
Pengalaman saya, ketika saya SD mungkin itu adalah zaman terbaik yang saya alami ,karena kepolosannya justru anak-anak lebih sopan atau lebih baku dalam berbahasa walaupun dengan teman sepergaulannya , lalu ketika saya beranjak remaja,sewaktu SMP ,muncul bahasa-bahasa yang saya tidak pernah dengar saat saya SD,banyak bahasa pergaulan yang saya dengarkan seperti bahasa “Ge” contoh : “sagayaga” yang bermaksud untuk mengucapkan “saya”. Atau ada bahasa “Prokem” contoh : “Kenokap lau sendokiran di lokur? “ yang bermaksud untuk mengucapkan “Kenapa kamu sendirian di luar?” dan faktanya bahasa ini telah diminati oleh kaum muda pada tahun 80’an hingga saat ini , lalu ada lagi budaya yang memfisualisasikan tulisan yang diubah-ubah dengan angka atau diubah-ubah dengan capslock “huruf besar” , budaya ini muncul sekitar tahun 2000an yang disebut sebut tulisan millennium, contoh : “aKu L4p3r p3n63N M4k4n” yang bermaksud memvisualisasikan tulisan : “Aku lapan ingin makan” bahasa tulisan ini sempat popular dan banyak yang menggunakannya pada saat saya SMP dahulu ,namun saya tidak pernah menggunakannya karena alasan yang simple yaitu “Susah”dan ”Bertele-tele”. Namun ketika saya SMA dan sekarang menjadi seorang Mahasiswa, bahasa tulisan tersebut disebut dengan bahasa “Alay” atau “Kampungan” entah bagaimana bisa bahasa yang dahulu popular dan menjadi gaya menulis kaum mayoritas sekarang menjadi cibiran dan menjadi kaum minoritas.
Selain bahasa “Ge” , “Prokem” , “tulisan Alay” sekarang mulai bermunculan istilah istilah bahasa baru yang menjadi perkataan harian bagi kaum atau masyarakat Indonesia pada umumnya , pernah mendengar bahasa atau perkataan yang sengaja dibuat cadel? Seperti “Ciyus” “Miapah?” “Celebu” yang bermaksud untuk mengungkapkan kata “Serius”,”Demi apa?” ,”Seribu”. Atau pernah mendengarkan perkataan “Terus gue harus salto sambil bilang WOOW gitu?? “ dan kata-kata “iwhh kamseupay” dan anehnya semua kata-kata bahasa tersebut bermunculan dan popular melalui media masa yang ada diindonesia contohnya di pertelevisian,di radio,bahkan dimedia cetak melalui sarana iklan atau tayangan yang ditonton/didengan oleh banyak orang . saya turut prihatin dengan kondisi masyarakat yang memiliki media yang mempunyai peran salah,media yang seharusnya memiliki peran untuk mendidik sekarang beralih guna menjadi penyesat atau pembuat bahasa-bahasa baru nan aneh dan mirisnya masyarakat mudah menerima dan cepat beradaptasi dengan menggunakan bahasa-bahasa tersebut, dan saya juga banyak mendengar bahasa ini di lingkungan kampus tempat dimana orang-orang berpendidikan belajar.
Pendapat saya terhadap budaya berbahasa masyarakat Indonesia adalah masyarakat Indonesia terlalu mudah meninggalkan bahasa kebesarannya sendiri dengan beralih kepada bahasa pergaulan yang entah siapa yang menciptakannya, dengan adanya perubahan-perubahan pada gaya berbahasa masyarakat Indonesia yang kian kemari kian meninggalkan bahasa asli Indonesia seperti bahasa daerah. Seharusnya kita bisa menjadikan diri kita sendiri sebagai masyarakat yang baik,yang menggunakan bahasa asli Indonesia.
Ada cara untuk terhindar dari bahasa-bahasa pergaulan yang kurang sopan itu contohnya dengan membiasakan diri untuk berbicara halus dan baku seperti zaman SD, dan perbanyak membaca buku dan artikel pengetahuan, karena dari buku dan artikel pengetahuan saya yakin dan menjamin tidak akan ada bahasa-bahasa pergaulan yang tidak baku dan tidak sopan itu. Dan dengan banyak membaca buku dan artikel pengetahuan justru kita akan lebih banyak mendapatkan ilmu dan menambah wawasan dan pastinya otomatis belajar untuk menggunakan bahasa yang sopan,santun,baik dan benar sesuai dengan bahasa kebesaran Indonesia.
#Anggi Purnama Aditya Yudha
2 komentar:
Keren sob
www.kiostiket.com
baru ngerti kalo celebu itu ternyata seribu..
Posting Komentar